Lamunan Q . . .
Suatu ketika, aku terduduk terdiam memikirkanmu, sejenak aku lepaskan semua bebanku,
aku mendengar jeritan hatiku, dia menjelma menjadi ketakutanku yang menjadi-jadi, kenapa dengan aku?
aku sontak menjadi gila sesaat, aku membayangkan saat ini kamu disini, disampingku, bercanda di samping ku dan tertawa bersama ku, aku ingin sekali merasakannya walau 1menit saja,
kamu, kamu yang dulu membawaku dalam indahnya dunia, dimana kamu saat ini?
Aku ingin sekali membawa waktu mati bersamaku, membuatku ingat akan dirimu, apa disana kamu tidak merasakan yang kurasakan? Tentu tidak, aku hanya kepingan cermin yang pecah di hadapanmu. Tiada berguna aku tanpamu, aku lemah, aku ……
sungguh aku bingung, aku hanya berharap pada tuhan untuk tidak lagi memberikan aku cinta, berikan aku kekuatan bagai brahmana yang tak pernah berharap akan cinta.
Menyedihkan….
sungguh menyedihkan disini tanpamu…
Q tak bisa begini, aku harus melupakan mu, mungkin untuk satu hari, satu bulan, satu tahun, dan mungkin memakan seumur hidup ini, ya… aku harus,
mendambakanmu hanya akan membuat luka baru di hati,
kehadiranmu hanya akan menyakitiku disini,
Hei malam, berikan aku waktu yang cepat, dan pagi yang lama, agar aku dapat menelan semua kepahitan duniamu dengan cepat,
berikan aku racun yang dapat membuat mati hati ini, sungguh aku ingin melupakannya, sungguh aku ingin mencapakannya, dan membuang seluruh sisa2 bayangannya di dalam hatiku,
Makasi cinta, walau kau selalu sakiti aku, aku tetap bahagia bisa mengenalmu…. walau hanya sesaat
Surabaya, 5 Juni 2007
Met Ultah Cinta
Entah mengapa aku pernah berkata sayang padanya, dan dia menerimaku. Aku berharap ini bukan mimpi dan ternyata benar, ini bukan mimpi, aku memang menjadi pendampinya tuk saat itu. Aku bahagia, bahkan aku tak tau dengan apa aku bisa menggambarkannya. Hari demi hari telah aku lewati bersamanya, kadang ku merasa sedih dan bahagia menjadi satu, ucapan manisnya tak pernah bisa kulupakan, dia yang mengajariku tuk percaya, setia, dan cinta, betapa bangganya aku telah bersamanya. Aku selalu menganggap dia yang paling sempurna di dalam hidup ini.
Sore hari saat fajar mulai lelah tuk menyinari dunia yang tampak seperti madu itu, aku terdiam, apa yang terjadi dengan cintaku?, bosankan dia padaku?, dia yang telah aku banggakan dalam hidupku, telah merobek sebagian hati yang pernah dia berikan dengan kasihnya, ternyata tak pernah ada artinya, saat kita lalui masa masa indah itu, apa artinya kenangan itu?, jika aku tak pernah ada artinya bagimu, kamu telah membuatnya sempurna, hatiku teriris melihat dia yang bersamamu saat ku datang tuk memberikanmu kejutan yang tak berarti, menangis hatiku, entah berapa kali kamu berkata ingin berpisah padaku, tapi entah mengapa juga aku selalu ingin mempertahankanmu, aku ingin semuanya tak pernah terjadi, aku hanya ingin berteriak pada takdir yang tak pernah adil kepadaku, aku berlari sekuat tenaga tuk mencoba tak mengingat sore yang kelabu itu, aku hanya bisa berharap kamu juga bisa berbahagia dengan keputusanmu,namun aku tak rela, hatiku yang terlanjur terbakar oleh api cemburu, tak mampu tuk aku padamkan dengan es paling dingin di dunia ini.
4bulan setelah berpisah denganmu, hidupku kacau, aku hanya bisa memanggil namamu di gelapnya malam, aku hanya bisa menangis dalam jiwa ini, aku merindukanmu, aku hanya bisa mengenangmu dalam kenangan kenangan yang aku simpan dengan indah, namun aku masih terlalu bodoh tuk menyadari kamu juga begitu, Hari ini adalah hari jadimu, aku ingin sekali mendengar suara itu, suara yang selalu berhasil tuk menyejukkan hati dan pikiranku, namun ego yang membakarku ternyata lebih besar dari apapun di dunia ini, aku takut saat ingin mendengar suara itu, aku semakin membencimu, aku tau semua yang ingin kau rencanakan untukku, namun aku masih tidak sanggup tuk menerimamu kembali, aku takut, sungguh aku takut, apakah kau akan mengulangi hal yang sama, aku hanya manusia biasa, andai aku tercipta sebagai malaikat, maka aku tak kan berpikir dua kali tuk bersamamu kembali.
CINTA, maafkan aku, sebenarnya aku sayang kamu, namun aku masih tidak sanggup tuk kau lukai lagi, maafkan aku CINTA, aku benar benar ingin menyayangimu. Selamat ulang tahun tuk mu…..
Sampai ku tutup mata ini dirimu kan selalu di hati ini ….
Surabaya, 28 September 2007
Dia
Pandanganku tertuju pada papan pengumuman di depan kantor itu, aku terdiam membayangkan dirimu disana. Kukira aku telah benar benar gila, entah berapa lama aku terdiam, mungkin 10 – 20 detik. Aku menikmatinya, aku hanya bisa membuat bayangmu tetap di anganku, saat ini aku mungkin hanya bisa membayangkan dirimu dengan membutuhkan waktu 5,7,8, mungkin 10 menit, lalu aku lupa mengapa aku memikirakannya kembali, aku mungkin seorang pemimpi yang sangat sadar akan realita, namun aku tak pernah bisa melupakan saat saat dia bersamaku, aku hanya terdiam saat kau menjadi miliknya. Aku hanya berharap kau bisa bahagia bersamanya, dia yang tulus mencintaimu, mungkin itu sudah menjadi takdirku tuk selalu melihatmu bahagia, bila bersamanya.
1bulan, 2bulan, 6bulan, 1tahun, ternyata waktu juga yang memisahkan kita, aku mampu tuk hapuskan bayangmu dalam hidupku, namun aku masih tak bisa melupakan kenangan saat aku bersamamu, kini setelah sekian lama, dia kembali dalam hidupku, mengacaukan seluruh kerja otak kiri dan kananku, aku hanya bisa berharap saat ini aku kan bisa tuk bersamamu, dan aku salah LAGI, ternyata kau telah berdampingan dengan orang yang tak kukenal, wahai waktu, andai aku bisa kembali ke masa saat aku masi dekat denganya, maka aku ingin sekali berkata padanya “aku sayang dia” ,aku tak tau mesti berkata apa saat kau bersamaku, aku hanya ingin melihatmu tersenyum apapun resikonya. Dengan adanya dia yang lain lagi, aku hanya bisa berharap kau mengerti aku akan coba tuk selalu ada untukmu.
Kini aku hanya bisa bermimpi lagi dan selalu berharap dia tau apa yang ada di hatiku, aku tak kan ungkapkan padamu, aku takut akan kehilangan mu lebih lama lagi. Aku pernah kehilanganmu, sehari aku tak mendengar suaramu, bagai aku berada di dunia selama 100 tahun lamanya dengan sendiri. Aku takut, sungguh aku takut, aku hanya bisa menangis di hati ini, aku hanya bisa berharap tuk hatimu, aku hanya seorang pemimpi yang selalu ingin bersamamu. Dan sampai saat ini aku hanya bisa berkata dalam hati “andai saja dia tau bara yang terdapat di hati ini, aku masih mendambakan dia”
Surabaya, 3 oktober 2007
Pasir diantara dedaunan itu mencoba menahan langkahku tuk menjajaki perjalanan yang ingin aku kenang, aku terhenti sesaat dengan angin malam yang mendinginkan hati ini, angin malam semakin membuatku tertahan dengan dinginnya, kurebahkan kedua tanganku ke dalam saku ku yang sempit
“ apa yang kau lakukan disini” Tanya pohon yang tak pernah berdaun itu.
“aku ingin ke arah selatan itu” jawabku lirih
“disana tidak ada kehidupan lagi, bodoh” jawabnya sinis
“tidak mungkin, aku pernah berjalan di sebelah sana, aku lihat kehidupan yang indah disana” jawabku tertunduk
“Apa yang membuatnya nampak buruk disana” pikirku
Langkahku mulai goyah, aku mulai kehilangan keinginanku tuk kembali kesana, burung pipit berada di dekatku, mengitariku dengan sejuta emosi
“sungguh aku menyesali apa yang kau lakukan di tempat ini” dengan lalu lalang, lalu dia pergi.
Aku terdiam, sungguh aku tak menyadari apa yang telah aku lakukan, aku ingin meneruskan perjalanan ini, aku ingin mengingat kembali apa yang indah di tempat yang pernah menjadi saksi asmaraku, aku mulai jenuh, burung gagak terbang rendah di dekatku, tersenyum dengan lebar, aroma mawar di taman itu mulai menyelimuti taman itu, aku mencari sandaran tuk ku berfikir, aku berada di bangku kenangan itu, kutatap dengan renunganku, aku membisu, aku membatu, aku terpaku, sungguh aku ingin berada di tempat itu lagi, bersamanya. Dahan dahan yang jatuh membuat semua ini tampak sempurna, tak lama aku beranjak, pohon tua itu berkata
“cepatlah pergi sebelum malam membuatmu lebih buta lagi”
Burung pipit bertengger di bahuku dengan membisu. Langit berubah pekat dan di iringi lagu gemuruh yang memcah heningnya malam.
Aku membeku dengan beribu bahasa. Dan langit memberikan tanda akan dirinya, aku telah benar benar kehilangan dia, lalu aku kembali melihat dari jauh tempat kenangan itu, dan aku terguncang hebat. Langit menangis,
begitu juga aku “Maafkan aku Cinta” bisikku lirih…
Surabaya, 4 oktober 2007
Kemenangan terbesar dalam hidup ini adalah saat kita benar benar bisa membahagiakan orang kita sayangi dengan tulus dan penuh kasih.
Bulan Q
Matahariku, kini telah memudar, kini aku mempunyai bulan yang selalu mengiriku di malam hari yang indah ini. Aku ingin membuat malam saat ini menjadi abadi, karna aku tau aku hanya bisa memandangmu dengan sempurna di saat malam datang bersama sinarnya yang lebut di bawahnya, tanpa dirimu aku hanya mempunyai malam yang suram, bagai bintang tanpa rembulan di sisinya. Aku bahagia telah mempunyai kesempatan tuk mengenalmu, Aku bersuka tuk dirimu yang mau menerimaku apa adanya. Sungguh ku tak ingin berpisah denganmu. Ku ingin bersamamu, apapun keadaannya, aku tak tau bagaimana hidup ini tanpa malammu, hanya ingin bersandar padamu, aku sadar aku berjalan di atas jurang ini, aku hanya bisa menjalani hidup ini dengan sekali, andai aku tercipta dua kali, seluruhnya kan kuserahkan padamu.
Engkau yang selalu mendampingiku di saat aku jatuh, ingin ku selalu berlari kepadamu, ingin sekali aku memelukmu, memberikan segalanya yang aku miliki, aku tau aku hanya sesosok bodoh yang selalu ingin menjadi sempurna di depanmu. Sayangku, berikanlah aku waktu tuk mengenalmu, aku memohon padamu tuk jangan tinggalkan aku, entah apa yang terjadi padaku saat kau berpaling padaku, kesepian mungkin menjadi teman akrabku, kebisuan menjadi pendampingku, kehancuran menjadi jalanku, dan mungkin kehampaan menjadi bagian dariku,
Saat ku sendiri, ku hanya bisa berharap, malam segera datang tuk menjengukku, bulanku kini menjadi bagian dari perjalananku tuk menjadi penuntun arahku disaat ku galau. Wahai kau bulanku, saat nanti sinarmu tak lagi kau berikan untukku, aku berharap agar kau bisa memberikan sinar itu kepada dia yang lebih kau sinari, aku sangat bersyukur telah mempunyai sedikit waktu tuk merasakan sinarmu yang tak pernah redup.
Untuk bulanku . . . .
Sinarilah aku dengan tulus. . . . .
Inalilahiwainailaihi rojiun
Postingan
Semua Komentar
